Pesan utama
- Kemoterapi pilihan untuk penderita kanker paru non-small cell (non-small cell lung cancer, NSCLC) stadium lanjut dengan gangguan status kinerja (performance status, PS) derajat sedang dan belum pernah memperoleh terapi sebaiknya terdiri dari dua jenis obat, di mana salah satunya adalah obat berbasis platinum.
- Meskipun risiko kerusakan sumsum tulang lebih tinggi dengan obat berbasis platinum, kejadian ini seringkali relatif ringan dan mudah ditangani.
- Efek imunoterapi pada pasien dengan gangguan sedang tidak dapat dinilai.
Apa itu kanker paru non-small cell ?
Kanker paru adalah penyebab terbanyak kematian terkait kanker di seluruh dunia dan NSCLC adalah subtipe yang paling umum. Pada lebih dari 50% kasus, penyakit ini telah menyebar pada saat diagnosis. Pada sebagian kecil penderita NSCLC yang telah mengalami penyebaran, dapat ditemukan mutasi spesifik, yang terapinya berbeda dari sebagian besar penderita yang tidak memiliki mutasi tersebut.
Bagaimana tatalaksana kanker paru non-small cell ?
NSCLC hanya dapat diterapi dengan obat-obatan yang memperpanjang usia, seperti kemoterapi (obat untuk menghancurkan sel-sel kanker) atau imunoterapi (obat yang meningkatkan sistem imun dan membantu tubuh menemukan dan menghancurkan sel-sel kanker). Pemilihan terapi terbaik bergantung pada kondisi kesehatan penderita. Kondisi tersebut ditentukan dengan skala dari 0 (tidak ada gejala) hingga 5 (meninggal dunia). Penderita yang relatif bugar (skor 0 atau 1) seringkali dapat mentoleransi obat-obatan dengan relatif baik sehingga tidak memerlukan diskusi terkait terapi. Penderita dengan kondisi kesehatan rendah (skor 3 atau 4) hanya menerima perawatan suportif pada kebanyakan kasus. Namun, meskipun terdapat 20% hingga 30% penderita dengan gangguan derajat sedang (PS 2), terapi terbaik untuk kelompok ini masih belum jelas karena seringkali tidak terlibat dalam uji klinis.
Apa yang ingin diketahui?
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi terapi terbaik untuk penderita NSCLC stadium lanjut tanpa mutasi spesifik dengan PS 2.
Apa yang sudah dilakukan?
Kami melakukan pencarian basis data medis untuk uji klinis yang membandingkan terapi NSCLC stadium lanjut dengan perawatan suportif terbaik atau terapi lainnya.
Apa yang ditemukan?
Ditemukan 22 uji klinis; 20 membandingkan berbagai jenis kemoterapi berbeda dan dua lainnya membandingkan kemoterapi versus imunoterapi.
Hasil utama
Pasien yang diterapi dengan regimen kemoterapi dengan dua jenis obat, termasuk obat berbasis platinum, memiliki kesintasan lebih lama dibandingkan pasien yang diterapi dengan kemoterapi tanpa obat berbasis platinum. Namun, kelompok pasien ini mengalami lebih banyak efek samping, terutama dengan pengaruh negatif pada sumsum tulang (zat obat ditemukan di dalam tulang), menyebabkan kekurangan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit secara sementara. Beberapa penelitian yang menganalisis kualitas hidup terkait kesehatan seluruhnya menggunakan metode pengukuran yang berbeda. Tidak ditemukan perbedaan pada kuliatas hidup ketika penelitian dilihat secara individu. Dua uji klinis yang baru sebagian dipublikasikan yang meneliti tentang imunoterapi tidak menunjukkan manfaat kesintasan dibandingkan kemoterapi.
Apa keterbatasan bukti ilmiah tersebut?
Kami cukup yakin dengan hasil penelitian ini bahwa kemoterapi dengan obat berbasis platinum meningkatkan kesintasan. Kami juga cukup yakin pada bukti ilmiah yang mengevaluasi waktu progresi penyakit karena pada semua studi yang diteliti, baik peneliti maupun peserta uji klinis sepenuhnya mengetahui terapi mana yang diperoleh. Hal ini dapat menyebabkan bias yang substansial. Selain itu, kami sedikit yakin pada bukti ilmiah terkait toksisitas karena bukti ilmiah ini hanya berdasarkan pada penelitian skala kecil dengan luaran yang saling bertentangan.
Seberapa mutakhir bukti ilmiah ini?
Bukti ilmiah ini menggunakan penelitian hingga tanggal 17 Juni 2022.
Diterjemahkan oleh dr. Wynne Wijaya (University of Oxford). Disunting oleh Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. (Universitas Gadjah Mada). Email Kontak: cochrane-indonesia.fkkmk@ugm.ac.id.